Jumat, 20 Juni 2014

SEMANTIK DALAM BAHASA INDONESIA



       Kata semantic berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).
       “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883.
       Kata semantic kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistic dengan hal-hal yang ditandainya.
       Oleh karena itu, kata semantic dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2).
       George (1964:1) Mengatakan bahwa semantik adalah telaah mengenai makna.
       Semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi), dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini.
       (Chomsky;1965). Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa semantic adalah tataran bahasa yang mengkaji tentang makna bagian internal kata, kalimat atau sebuah wacana.
       Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent/ acuan / hal yang ditunjuk.
       Jadi, Ilmu Semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistic dengan hal-hal yang ditandainya. Ilmu tentang makna atau arti.
       Dalam linguistik, semantik adalah sub bidang yang dikhususkan untuk studi tentang makna, seperti yang melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar dari wacana (disebut teks). Daerah dasar studi ini adalah arti dari tanda-tanda, dan studi tentang hubungan antara unit linguistik yang berbeda dan senyawa: homonimi, sinonim, antonim, hypernymy, hyponymy, meronymy, metonimia, holonymy, paronyms.
       Perhatian utama adalah bagaimana makna menempel pada potongan yang lebih besar dari teks, mungkin sebagai akibat dari komposisi dari unit yang lebih kecil dari makna. Secara tradisional, semantik sudah termasuk studi tentang arti dan referensi denotatif, kondisi kebenaran, struktur argumen, peran tematik, analisis wacana, dan hubungan semua ini untuk sintaks.
       Lalu apakah pengertian dari makna, jenis-jenis dari makna, dan relasi makna?
       Menurut Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, dan makna konotasi.
       Selain itu, ada juga yang disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.
Relasi makna dapat berwujud macam-macam.Berikut ini diuraikan beberapa wujud relasi makna.
Sinonimi
       Secara semantic Verhaar (1978) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bias berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanuya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah du buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah.Namun, dua buah kata yang bersinonim itu; kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja.Kesamaannya tidak bersifat mutlak.
Antonimi dan Oposisi
       Secara semantic Verhaar (1978) mendefenisikan antonimi sebagai: Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya kata bagus yang berantonimi dengan kata buruk; kata besar berantonimi dengan kata kecil.
       Samahalnya dengan sinonim, antonim pun tidak bersifat mutlak. Itulah sebabnya dalam batasan di atas, Verhaar menyatakan ”…yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain” Jadi, hanya dianggap kebalikan. Bukan mutlak berlawanan.
       Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutnya oposisi makna. Dengan istilah oposisi, maka bias tercakup dari konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang bersifat kontra ssaja. Kata hidup dan mati, mungkin bias menjadi contoh yang berlawanan; tetapi hitam dan putih mungkin merupakan contoh yang hanya berkontras.
Homonimi, Homofoni, dan Homografi
       Homonimi adalah ‘relasi makna antar kata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda’. Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon. Contoh homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomografi dengan kata tahu (paham), sedang kata masa (waktu) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan).
       2.2.4   Hiponimi dan Hipernimi
       Hiponimi adalah ‘relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generis, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna kucing dalam makna binatang’. Anggrek, mawar, dan tulip berhiponimi dengan bunga, sedangkan kucing, kambing, dan kuda berhiponimi dengan binatang.  Bunga merupakan superordinat (hipernimi, hiperonim) bagian anggrek, mawar, dan tulip, sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, kambing, dan kuda.
Polisemi
       Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisajugafrase) yang memiliki makna lebih dari satu.Umpamanya kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher keatas; (2) bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja, dan kepala kereta api; (3) bagian daris uatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor,dan kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,-.; dan (6) akgg nomnal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.
Ambiguitas
       Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.Umpamanya frase buku sejara hbaru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.
Redundansi
       Istilah redundansi sering diartikan sebagai ’berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran’.Umpamanya kalimat Bola ditendang Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh Si Badrih. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan dan sebenarnya tidak perlu.
       Sinonim merupakan sejumlah satuan bahasa yang memiliki persamaan arti. Sinonim jugaa bisa dikatakan hal yang berkesesuaian. Prinsip sinonim adalah beberapa kata yang memiliki persamaan arti, arti kata satu berpadanan dengan arti kata yang lain.
       Cara menentukan kata-kata itu bersinonim atau tidak:
  1. dibuat kalimat
  2. menggunakan pendekatan pengertian
  3. dilihat dari ciri sematik pembedanya.
       Di bawah ini akan dianalisis kata yang bersinonim dengan kata
       1.            Kelompok pertama, seperti mati, meninggal, wafat, mampus, modar, dan mangkat.

       2.            Kelompok kedua, seperti sebentar, sekejap, sejenak, sepintas, selintas, dan sekilas.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar