Jumat, 11 April 2014

UNSUR SERAPAN BAHASA INDONESIA

UNSUR SERAPAN BAHASA INDONESIA


·         Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan.
·         Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun  ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.
·         Bunyi bahasa dan kosakata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjam atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, pretise, kurang paham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
·         Sebuah huruf tertentu akan berubah menjadi huruf lainnya begitu kosakata asing itu kita serap menjadi kosakata Indonesia, sebagian lainnya tidak berubah.

Contoh : jika ‘ (ain arab) diikuti dengan (a)  menjadi (‘a). dalam kaidah bahasa Indonesia diserap menjadi (a) saja. Seperti kata (manfa’ah) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (manfaat). (‘asr) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (asar). (sa’ah) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata kata serapannya menjadi (saat).
            Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu :
·         Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya
·         Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
·         Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya
            Secara umum kata serapan itu masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan empat cara, yaitu :
  1. Adopsi, terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan, contoh : supermarket, plazza, mall.
  2. Adaptasi, terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, contoh : pluralization – pluralisasi, acceptabilitu – akseptabilitas.
  3. Penerjemahan, terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, contoh : overlap :tumpang tindih, try out :uji coba, psychologist – ahli psikolog.
  4. Kreasi, terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam dua atau tiga kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja, contoh :
            Effective – berhasil guna, spare part – suku cadang

PERSPEKTIF ANALOGI DAN ANOMALI KATA SERAPAN DALAM BAHASA INDONESIA
·         Golongan pendukung analogi mengatakan bahwa alam ini memiliki keteraturan, manusia juga memiliki keteraturan, demikian juga halnya dengan bahasa.
·         Kelompok analogi mengatakan bahwa bahasa itu teratur. Keteraturan bahasa membawa konsekuensi dapat disusunnya suatu tata bahasa. Analogi ini dianut oleh plato dan aristoteles.
·         Prinsip analogi ini sebenarnya merupakan tranformasi dari keteraturan logika dan matematika di dalam bahasa (kaelan, 1998:36).
·         Sebaliknya kaum anomalis berpendapat bahwa bahasa itu berada dalam bentuk tidak teratur (irregular).
·         Sebagai bukti mereka menunjukkan bentuk jamak bahasa inggris child menjadi children, man menjadi men.
·         Dalam pengertian ini bahasa itu pada hakikatnya bersifat alamiah. Pendapat kaum anomali ini masih digunakan sebagai salah satu ciri bahasa bahwa bahasa itu pada hakikatnya arbitrer (parera, 1986:46).

PERSPEKTIF ANALOGI

ž  Analogi adalah keteraturan bahasa, suatu bahasa dapat dikatakan analogis apabila satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang telah berlaku.
ž  Pembicaraan kata serapan apabila bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi tentu dilakukan dengan membandingkan antara bahasa pemberi pengaruh dengan bahasa penerima pengaruh. Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu dilakukan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan setelah masuk ke bahasa Indonesia.

ž  Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang ternyata telah sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses penyesuaian atau tanpa melalui proses penyesuaian. contoh :
            Action – aksi
            Dance – dansa
            Ecology – ekologi
ž  Fonem a,s,d,e,f,g,h,I,k,l,m,n,o,r,s, dan t adalah fonem-fonem yang sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia, dengan demikian termasuk pada kriteria yang analogis, artinya sesuai dengan fonem yang lazim dalam bahasa Indonesia.

ž  Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada kenyataan yang menarik untuk dicermati yaitu fonem kh dan sy.
ž  Kedua fonem ini diakui sebagai fonem lazim dalam sistem fonologi bahasa Indonesia. Namun apabila diselidiki lebih teliti secara historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia.
ž  Pada awal munculnya dalam bahasa Indonesia bisa dianggap sebagai gejala penyimpangan atau gejala anomalis, tetapi setelah demikian lama berlangsung serta frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, lama-kelamaan akan dianggap sebagai gejala yang wajar, tidak lagi dianggap gejala penyimpangan, dengan demikian hal ini dapat disebut sebagai gejala yang analogis.

Perpektif anomaly

ž  Anomali adalah penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa. Suatu aturan dapat dikatakan anomali apabila satuan bahasa tersebut tidak sesuai atau menyimpang dengan konvensi-konvensi yang berlaku.

ž  Metode yang digunakan untuk menentukan anomali bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia di sini adalah sama dengan metode yang digunakan untuk menetapkan analogi bahasa yaitu dengan memperbandingkan unsur intern dari bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahas Indonesia.
ž   Apabila kata tersebut ternyata tidak menunjukan kesesuaian dengan kaidah yang berlaku berarti kata tersebut masuk kata yang anomalis.

Anomali dalam ejaan

ž  Semua kata-kata asing yang masih diserap secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam penulisan, pada umumnya merupakan kata-kata yang anomalis di dalam bahasa Indonesia, contoh :
            Bank – bank
            Intern – intern
            Modern – modern
ž  Kata-kata seperti di atas termasuk anomali bahasa karena tidak sesuai dengan kaidah di dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang tidak sesuai di sini adalah : [nk], [rn], ejaan tersebut tidak sesuai dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.

ž  Kadang-kadang juga ditemukan kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan ditulis sebagaimana aslinya, akan tetapi untuk muncul sebagai gejala anomalis karena secara kebetulan kata-kata tersebut tidak menyimpang dengan kaidah bahasa Indonesia, contoh :
            Era – era
            Label – label
            Formal – formal
            Edit – edit
            Etalase – etalase

Anomali Dalam Fonologi

ž  Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk dibaca sebagaimana aslinya, sehingga menyebabkan timbulnya anomali dalam fionologi.
ž  Contoh anomali dalam fonologi :
            Export – export
            Expose – expose
            Exodus – exodus

Anomali Dalam Struktur
ž  Kata adakalanya terdiri dari satu morfem, tetapi adakalanya tersusun dari dua morfem atau lebih. Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah kata-kata sebagai satu kesatuan yang utuh baik terdiri dari satu morfem, atau lebih, contoh :
            Federalism – federalism
            Bilingual – bilingual
            Dedikasi – dedication
            Edukasi – education

ž  Kata-kata dalam contoh di atas, proses penyerapannya dilakukan secara utuh sebagai satu kesatuan. Jadi kata federalism tidak diserap secara terpisah yaitu federal dan isme, kata bilingual tidak diserap bi – lingua – al.
ž  kata serapan dari bahasa inggris yang aslinya berakhir dengan tion yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan mengalami penyesuaian sehingga berubah menjadi si diakhiri kata berlangsung dengan frekuensi sangat tinggi.
ž  Kenyataan ini melahirkan masalah kebahasaan yaitu munculnya akhiran sasi yang melekat pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa inggris sehingga timbul kata-kata seperti :
            Islamisasi = islam+sasi
            Jawanisasi = jawa+sasi
            Polarisasi = pola+sasi

ž  Sebenarnya akhiran (sasi) di dalam bahasa Indonesia tidak ada. Dengan demikian hal ini termasuk gejala anomali bahasa. Namun masalah selanjutnya adalah tinggal masalah pengakuan dari para pakar yang memiliki legalitas di dalam bahasa. Apakah akhiran (sasi) ini dianggap resmi atau tidak di dalam bahasa indonesia. Jika dianggap tidak resmi berarti akhiran (sasi) ini benar merupakan gejala anomali. Tetapi jika akhiran (sasi) ini sudah bias diterima sebagai akhiran yang lazim dalam bahasa Indonesia maka ada perubahan dari anomali menjadi analogi.

ž  Analogi dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu gejala bahasa pada awalnya bisa dianggap anomali, namun setelah berlangsung terus menerus dengan frekuensi yang tinggi bisa berubah menjadi analogi.
ž  Suatu gejala bahasa pakah termasuk ke dalam analogi atau anomali sebenarnya tergantung pada keberterimaan masyarakat terutama mereka yang memiliki legalitas tentang bahasa. Penyimpangan bahasa dari konvensi dengan frekuensi yang kecil cenderung dikatakan sebagai gejala yang anomalis.

SEJARAH BAHASA INDONESIA

ž  Bahasa indonesia adalah dialek baku dari bahasa melayu riau sebagaimana diungkapkan oleh ki hajar dewantara dalam kongres bahasa Indonesia 1 1939 di solo :
ž  “jang dinamakan bahasa Indonesia jaitoe bahasa melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari melajoe riaoe, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe di koerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia ; pembaharoean bahasa melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia”.

ž  Istilah melayu atau malayu berasal dari kerajaan malayu, sebuah kerajaan hindu-budha pada abad ke-7 di hulu sungai batang hari, yaitu wilayah pulau sumatera.
ž  Kerajaan Sriwijaya diketahui dari abad ke-7 masehi diketahui memakai bahasa melayu sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasati kuno yang ditemukan di sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa sansekerta, suatu bahasa indo-eropa dari cabang indo-iran.
ž  Ada bebarapa prasasti yang bertuliskan bahasa melayu kuno dengan memakai huruf pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa sansekerta, jadi bahasa pada waktu itu belum menggnakan huruf latin. Bahasa melayu kuno ini kemudian berkembang di berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan pada masa awal kedatangan Islam (abad-13).
ž  Teks yang terdapat dalam kutipan naskah prasasti Kedukan Bukit adalah:
            “Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyaakha dapunta hyang naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie syuklapaksa wulan jyestha dapunta hyang marlapas dari minanga taamwan….”
            (selamat! Pada tahun syaka 605 hari kesebelas pada masa terang bulan Waisyaaka, tuan kita yang mulia naikk di perahu menjemput Siddhayaatra. Pada hari ke tujuh, pada masa terang bulan Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari Minanga Taamwan….)
ž  Dalam kutipan naskah tersebut terdapat beberapa kata yang mengalami perubahan fonem, seperti fonem /w/ menjadi /b/ atau /sy/ menjadi /s/.
ž  Beberapa kata yang mengalami perubahan fonem tersebut, saat ini dapat digolongkan sebagai kata serapan dalam bahasa Indonesia.
ž  Berikut ini perubahan fonem dalam kutipan naskah prasasti Kedukan Bukit:
ž  Perubahan fonem sy à s
            syaka               : saka
            waisyaakha     : waisak
ž  Perubahan fonem w à b dan w à p
            wulan              : bulan
            saamwan         : sampan
ž  Minanga Taamwan diartikan sebagai muara yang berada di daerah Palembang.
ž  Tanggal 11 bulan terang Waaisyakha (tanggal 23 April 683 M) Dapunta Hyang naik perahu.
ž  Tanggal 7 bulan terang Jyestha (tanggal 19 Mei 683 M) Dapunta Hyang berangkat dari Minanga Taamwan.
ž  Berdasarkan penanggalan tersebut, waktu yang ditempuh kira-kira selama 26  hari perjalanan. Berdasarkan selang waktu itu, para ahli menyimpulkan perjalanan Dapunta Hyang tanggal 11 bulan terang Waaisyakha itu langsung menuju Minanga Taamwan.
ž  Dalam kutipan naskah ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, sedangkan hurufnya menggunakan huruf latin. Pada kenyataannya huruf yang digunakan dalam naskah yang sesungguhnya merupakan sebuah prasasti, jenis hurufnya adalah huruf Pallawa.
ž  Tujuan yang terdapat dalam kutipan naskah tersebut mengabarkan kemenangan yang diperoleh raja Dapunta Hyang dari peperangan melawan Melayu.
ž  Peristiwa yang terdapat dalam naskah tersebut adalah peristiwa perjalanan Dapunta Hyang ketika menuju peperangan dan akhirnya memperoleh kemenangan.
ž  Dapunta Hyang merupakan gelar bagi raja Sriwijaya, yaitu Raja Sri Jayanasa.
ž  Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Ejaan latin bahasa melayu mulai ditulis oleh Pigafetta, setelah tiga abad kemudian ejaan ini baru mendapat perhatian dengan ditetapkannya ejaan van Ophuijsen.
ž  Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahas melayu mulai terlihat di tahun 1901, Indonesia mengadopsi ejaan van ophuijsen. Bahasa melayu sendiri menyerap kosakata dari berbagai bahasa terutama dari bahasa sansekerta, Persia, arab dan eropa.


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar